Ikhtiarku Untuk Kebandungan Yang Lebih Baik

Institutkemandirian.org-Siti Maya Saroh, gadis ayu anak dari seorang ayah yang berprofesi sebagai supir truk dan penjual pasir, lahir di Brebes (tepatnya di Desa Kebandungan) 20 tahun yang lalu. Aya (biasa dipanggil oleh teman-temannya) merupakan sosok pemimpin bagi siswa-siswi kelas Fashion & Design Institut Kemandirian Dompet Dhuafa Angkatan ke VI. Kesederhanaannya dalam menjalani hidup tidak terlepas dari kasih sayang dan bimbingan kedua orangtuanya.

Dilahirkan dari keluarga yang bersahaja, Aya anak ke 2 dari 3 bersaudara pantang menyerah dalam menghadapi ujian demi ujian dengan penuh ketegaran dan kesabaran. Bersamaan dengan Ujian Nasional SD di sekolahnya, Aya harus mengalami hal yang pahit, yaitu berpisah dengan ayahnya (orang tuanya memutuskan bercerai). Belum lagi persoalan ekonomi dan sakit radang paru-paru yang diderita oleh sang adik tercinta membuat hati Aya semakin terpukul. Mereka harus segera mencari solusi atas berbagai persoalan tersebut. Akhirnya kakaknya Aya bekerja sebagai penjaga kos-kosan di Jakarta dan Aya sendiri yang seharusnya mengenakan seragam ‘putih biru’ memilih menjadi PRT di sebuah keluarga di Jakarta. 3 tahun Ia lewati dengan status sebagai PRT. Selanjutnya Aya ‘naik pangkat’ menjadi baby sitter selama 5 tahun, masih di keluarga majikan yang sama. Hal itu Ia lakukan karena gajinya ketika menjadi PRT hanya 250 – 500 ribu per bulan. Sedangkan sebagai baby sitter, Aya bisa kirim uang dengan nilai yang lebih besar kepada ibu dan adiknya di kampung, yaitu Rp 500 ribu – 1 juta/bulan. Dengan gaji yang belum layak (dibawah UMR), Aya ikhlas menyerahkan 90% gajinya kepada keluarga. “Saya lebih mengutamakan Ibu dan pendidikan adik” kata Aya dengan wajah yang tertunduk.

Lelah dan peluh keringat selama 7 tahun bekerja di rumah majikan terhapus sudah dengan ikut belajar di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa. Pada awalnya, sepupunya mengenalkan Aya pada Mas Nandar, teman dekat sepupu Aya. Mas Nandar adalah alumni kelas Fashion & Design IK-DD tahun 2006. “Saya waktu itu diperkenalkan oleh sepupu kepada mas Nandar. Mas Nandar banyak bercerita tentang pelatihan di IK. Saya jadi semakin tertarik untuk daftar” cerita Aya. “Tapi walaupun saya pengen, saya ga langsung daftar karena saya bingung nantinya bakal stop dulu kirim uang ke kampung selama 3 bulan masa pelatihan” tambahnya.

Detik menjadi menit lalu berganti jam dan hari. Sudah 1 bulan Aya berhenti kerja dan masih berpikir mana yang terbaik apakah daftar pelatihan atau pulang kampung saja. Akhirnya setelah minta pendapat kepada bunda tercinta, Aya memantapkan hatinya untuk mendaftarkan diri mengikuti pelatihan di IK-DD. Dengan penuh semangat, Aya menceritakan alasan dan cita-citanya, “Saya ingin nanti setelah lulus dari pelatihan (IK-DD) mau buka konveksi..ya minimal saya bisa bantu ibu dan adik sambil nunggu suami pulang dan juga ingin banget bisa bantu warga desa seumuran saya yang masih nganggur”. Niat mulia dari wanita muda yang sejak dini tidak hanya memikirkan dirinya tetapi juga orang lain. Lanjutkan!!

Saat ini, Aya dan lainnya sudah menempuh pelatihan Fashion & Design selama 2 bulan. Selama mengikuti pelatihan dan tinggal di asrama IK-DD, Aya semakin nyaman dan betah karena IK-DD tidak hanya memberikan pengetahuan keterampilan tetapi juga pembinaan spiritul dan mental. “Hal tersebut sangat penting karena keberhasilan seseorang dalam menjalani bisnis atau pekerjaannya didasarkan pada 4 pondasi ; niat, agama, pengetahuan atau keterampilan dan mental. Dan kami terus berusaha memberikan ke 4 pondasi diatas kepada para siswa” jelas Pak Wili, Manajer Marketing & Communication IK-DD. Aya menambahkan “Alhamdulillah Pak, saya jadi semakin disiplin, ibadah juga jadi terjaga. Saya yakin bila seperti ini terus, kesuksesan bisa cepat saya raih” ucapnya dengan penuh semangat. Tak lupa Aya juga berterima kasih kepada para instruktur yang dengan ikhlas membimbing Ia dan sahabatnya.

Aya gadis lajang yang hanya lulusan SD, tapi hal itu Ia jadikan penyemangat agar Ia tdak kalah sukses oleh orang-orang yang pendidikan formalnya lebih tinggi dibanding dirinya. Dia memang masih muda, tetapi Ia seorang yang visioner. Inilah buah kehidupan yang lahir dan dipupuk dari rasa keikhlasan, kesabaran, ketegaran dan niat untuk memandirikan dirinya dan orang lain.

(arlin)

Bagikan konten ini: